Kesuburan Tanah dalam Berbagai Aspek
Dalam usaha pertanian ada hal yang sangat diperhatikan oleh para petani, yaitu kesuburan tanah, karena dengan memperhatikannya akan berpengaruh terhadap hasil yang optimal. Banyak pertanian konvensional ada umumnya menerapkan pupuk-pupuk kimia, bahkan sampai di titik jenuh bahwa pupuk itu sudah tidak berpengaruh kembali kepada kesuburan tanahnya. Oleh karena itu beberapa lahan di sebagaian desa di Jawa sudah beralih fungsi lahan yang asalnya penghasil produk pertanian sekarang menjadi pemukiman. Hal itu dikarenakan kita tidak memperhatikan aspek kesuburan tanah, sehingga tidak dapat dimanfaatkan kembali untuk pertanian.
Tanah memiliki kemampuan untuk memasok hara, dan juga menjadi media pertumbuhan. Tanah menyediakan unsur hara dalam bentuk tersedia yang dapat di serap oleh tanaman. Kesuburan tanah ini bertujuan untuk meningkatkan produksi pada produk pertanian (pangan). Ketersedian hara sendiri tergantung pada pH tanah baik masam, nertal dan basa. Apa saja yang menyebabkan tanah kita tidak menjadi subur? Diantaranya ada tanah yang tererosi, tumbuhnya gulma, hanya menanam 1 (satu) jenis tanaman, pembakaran lahan dan eksplotasi lahan (tambang/perkebunan). Solusi untuk hal-hal tersebut, kita dapat memanfaatkan pupuk hijau (puhi), pemanfaatan pupuk kandang, melakukan pemberoan atau pengistirahatan lahan dengan di tanami oleh jenis pupuk hijau maupun leguminosae. Tanaman puhi dapat dimanfaatkan sebagai tanaman pagar untuk mencegah terjadinya erosi, menjaga kelembaban dan meningkatkan kesuburan tanah. Terkait pemanfaatan pupuk kandang, kotoran ternak sebaiknya di dekomposisikan terlebih dahulu, hai ini akan mengembalikan kesuburan tanah dalam aspek fisik, kimia dan biologi.
Dalam aspek fisik tanah diharapkan meiliki rongga terisi oleh Oksigen yang berfungsi untuk sirkulasi udara dan juga mengikat air. Aspek kimia, terdapatnya baik kation maupun anion yang tersedia untuk tanaman sedangkan aspek biologi, indikator tanah subur bisa di lihat dari adanya mikro organisme maupun makro organisme yang ada pada tanah tersebut terutama cacing.
Cara pandang orang mengenai kesuburan tanah tentunya berbeda-beda, misalnya petani kelapa yang berkebun di area tanah basa (salin) tentunya kelapa ini bisa tumbuh subur dan bahkan rasa air kelapanya pun khas sekali. Sedangkan untuk petani khususnya perkebunan jati, menganggap bahwa tanah masam sangat bagus terhadap kualitas kayu jati tersebut. Tetapi jika petani tanaman sayur (hortikultura) tentunya cenderung bertani di area yang memiliki pH tanah netral.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesuburan tanah, jika di lihat dari faktor secara alami maka tanah di pengaruhi oleh bahan induk atau batuan yang ada di daerah tertentu, sebagai contoh ada bukit kapur, karena bahan pembentukan berasal dari kapur tentunya tanahnya banyak mengandung kapur atau yang lebih dikenal dengan nama kalsit. Topografi (bentang lahan suatu wilayah) berpengaruh terhadap kesuburan khususnya lahan berlereng, tentunya akan banyak tanah yang terdegradasi jika kita tidak membuah terasering, sehingga tanah subur akan terbawa aliran permukaan (run off) yang mengakibatkan di area hilir atau lembah menjadi subur.
Pola tanam tumpang sari dan rotasi tanam terkait dengan pengaturan beberapa jenis tanaman dalam kebun pada musim tanam tertentu, dan kita harus memperhatikan tanaman sesuai dengan kebutuhan unsur hara yang diperlukan.
Ciri-ciri tanah yang subur pada umumnya struktur tanah berorangga, memiliki pH 6.5-7.5 , memiliki kandungan bahan organik (C,H,O), memiliki kemamuan menahan air (retensi) dan warna cenderung coklat ke gelap(hitam). Untuk menjaga kesuburan tanah ini diperlukan perawatan terhadap tanah, baik dari rotasi tanaman maupun bahan organik yang ditambahkan ke dalam tanah.
Apri Larastio, SP.
Alumni Ilmu Tanah dan Manajemen Sumber Daya Lahan
Universitas Padjadjaran
Comments
Post a Comment